Jumat, 07 Februari 2014

Menata Hati Kembali

Bagiku, salah satu hal yang paling sulit untuk aku lakukan adalah menata hati kembali.
Entah karena alasan apapun, tapi ketika aku harus menata hatiku kembali, banyak yang harus aku korbankan.
Aku harus korbankan cinta, tenaga, semangat, dan airmata.
Dulu, beberapa tahun yang lalu, aku berhasil menata hatiku yang telah hancur brkeping-keping.
Menata dengan tertatih-tatih meringis.
Setelah aku berhasil menata hatiku kembali, sebenarnya tak ada niat untuk membuka hati kembali karena aku takut suatu saat nanti aku harus menata hati kembali.
Tapi, dulu, beberapa tahun yang lalu, seseorang berhasil meramps lagi hatiku yang sudah rapi tertata.
Dia tahu, bahkan dia sangat tahu, hatiku sudah pernah hancur berkeping-keping dan dia aku takut hal itu akan terjadi lagi nanti.
Tapi dia -seseorang itu-, berjanji untuk tidak melakukan hal yang sama.
Dia berjanji untuk tetap menjaga hatiku, rapi, sehingga hatiku tetap seperti itu.
Aku mempercayainya.
Tapi, disuatu saat yang tak pernah aku duga sama sekali, dia membanting hatiku dengan kencang hingga peca berkeping-keping, dan dia tida mengembalikan kepingan-kepingan itu kepadaku, tapi membiarkan aku memungutnya satu per satu, kecil-kecil, berantakan, tak berbentuk sama sekali.
Aku harus memungutnya.
Beberapa kali, karena aku lelah memungutnya satu per satu, kepingan yang sudah ada ditanganku terjatuh lagi, menyisakan kepingan yang lebih kecil lagi.
Beberapa kali berulang seperti itu.
Tatpi tetap aku harus memungutnya.
Mungkin sekarang semuanya sudah terpungut.
Sekarang, aku harus menatanya pelan-pelan.
Kamu bayangkan seperti sebuah vas bunga yang kamu pecahkan berkeping-keping dan kamu harus membentuknya menjadi vas bunga yang utuh lagi.
Seperti itulah aku menata hatiku kembali.
Hari demi hari aku coba untuk menata hatiku kembali, namun ada beberapa kepingan yang sudah aku susun beberapa hari yang lalu malah jatuh lagi dan aku harus menata ulang lagi.
Begitu terus hari demi hari.
Setiap hari aku tata, setiap hari juga ada yang jatuh lagi.
Entah kapan bisa benar-benar selesai tertata.
Jika suatu saat nanti hatiku sudah tertata lagi, aku takut hati itu sudah tidak utuh seperti hati yang dulu.
Mungkin karena ada eberapa keeping hati yang ternyata belum aku pungut waktu itu.
atau mungkin juga ada beberapa kepingan yang sengaja dia sembunyikan diam-diam.
Mungkin ketika hatiku sudah tertata lagi, hati itu tidak utuh lagi.

Kamis, 06 Februari 2014

Memang Setiap Manusia Pasti Berubah

Memang setiap manusia pasti berubah, baik itu berubah menjadi lebih baik, maupun berubah menjadi lebih buruk.
Manusia pasti berubah, karena sifat dasar manusia yang mudah bosan.
Sebenarnya sah-sah saja.
Namun, akan sangat sakit rasanya jika seseorang yang kamu kenal baik, perhatian, pengertian, lembut, lucu, dan menyayangimu berubah menjadi bukan seperti dia.
Dia bukan yang kamu kenal.
Dia seperti oranglain, dan dia yang dulu hilang entah kemana, seperti hilang ditelan bumi.
Sangat menyakitkan.
Tapi, memang setiap manusia pasti berubah.
Kamu, sebagai orang yang benar-benar mengenal dia, dia yang dulu, harus lebih sabar melihat, menghadapi, dan membiarkan dia berubah menjadi seperti yang sekarang ini, karena kembali lagi, memang setiap manusia pasti berubah.
Bersabarlah.
Suatu saat nanti, entah kapan, yang pasti akan ada saatnya, dia akan kembali menjadi dirinya yang dulu, dia yang kamu kenal dulu.
Akan ada saatnya dia yang dulu hilang ditelan bumi akan kembali.
Suatu saat, dia akan kembali menjadi dia yang baik, perhatian, pengertian, lucu, dan menyayangimu lagi.
Karena kamu tahu betapa menyakitkannya melihat seseorang berubah menjadi lebih buruk, maka kamu harus selalu berusaha untuk tetap menjadi kamu yang dia kenal.
Sekali pun dia berubah, kamu harus tetap menjadi kamu.
Karena kamu tahu betapa perubahan itu menyakitkan, maka jangan biarkan dia merasakan sakit yang sama.
Tetaplah jadi dirimu yang dia kenal, walaupun saat ini dia tidak menginginkan kamu, bahkan tidak mempedulikanmu.
Bersabarlah.
Tetaplah menjadi kamu, walau dalam diam, walau dalam sendiri, walau dalam sepi.
Karena ketika dia kembali menjadi dia yang dulu dan kamu tetap menjadi kamu, maka dia akan tahu bahwa kamu manusia yang luar biasa, bukan manusia yang biasa.
Memang setiap manusia pasti berubah.

Selasa, 04 Februari 2014

simalakama

mungkin yang sedang kamu alami sekarang sama halnya dengan yang pepatah katakan "bagaikan buah simalakama".
kamu punya dua pilihan dan keduanya saling merugikan namun kamu tetap harus memilih salah satu diantaranya.
sebut saja pilihan A dan pilihan B.
jika kamu memilih pilihan A, kamu akan merugikan dirimu sendiri namun akan membuat oranglain bahagia.
tapi jika kamu memilih pilihan B, kamu akan menyakiti oranglain dan tetap membuatmu sakit namun lebih bahagia daripada kamu memilih pilihan A.
oranglain yang tidak ikut dalam kasus ini mungkin berpikir sebaiknya kamu memilih pilihan A, karena setidaknya ada orang yang bahagia walaupun itu bukan kamu.
mungkin jika aku jadi kamu, untuk saat ini, dan tak tahu sampai kapan, aku juga lebih memilih pilihan A, karena bagaimana pun tidak ada pilihan yang memihak padaku.
mungkin kamu juga bisa memilih pilihan A.
tapi disisi lain kamu pasti bertanya pada dirimu sendiri dan bertanya padaku, kenapa harus kamu yang mengalah?
memang kata orang mengalah itu sangat mulia, namun kenyataan memang tidak semudah itu.
kenapa harus kamu yang mengalah?
kenapa harus kamu yang mengorbankan kebahagiaanmu demi kebahagiaan oranglain?
kenapa kamu juga tidak bisa mendapatkan kebahagiaan?
kalau aku jadi kamu, sangat tentu aku juga akan menanyakan hal yang sama.
aku juga ingin merasakan kebahagiaan.
kalau aku jadi kamu, mungkin sekarang aku memilih pilihan B.
ya, oranglain akan menganggap aku atau kamu -kita- ini egois.
tapi mereka juga harus ingat, pilihan B pun membuatmu menderita.
jadi lebih adil bukan?
tidak ada yang bahagia, semuanya menderita.
adil kan?
lalu apa kamu masih egois?
ya, kalau aku jadi kamu, aku pun merasa diriku egois.
entahlah.
mungkin ya.
tapi aku tidak seegois yang mereka kira.
aku, sampai kapan pun, tidak mau melihat apalagi membuat dia -orang yang ikut menderita dalam pilihan ini- mengalami penderitaan.
aku selalu ingin melihat dia bahagia.
aku ingin selalu melihat dia tertawa.
aku ingin yang terbaik untuk dia.
mungkin aku bodoh dan aku memang bodoh.
tepi demi dia, itu semua akan aku jalani.
aku memilih pilihan B, tapi aku menjalani pilihan A.
kamu juga bisa mengikuti yang aku pilihan yang aku pilih.
karena kamu tahu, aku pun sedang mengalami hal yang sama.
aku yang sebagai aku, memilih pilihan B tapi aku menjalani pilihan A, sampai suatu saat nanti.
sampai disuatu saat yang akan ada pilihan C, yaitu kami akan bahagia bersama lagi.

Sabtu, 01 Februari 2014

adakah yang bisa menjawab?

pernahkah kau merasa hidup ini tidak adil kepadamu?
pernahkah kau merasa bahwa dirimu selalu menjadi nomor dua dalam segala hal?
atau mungkin menjadi nomor ketiga, atau mungkin menjadi nomor keseratus sekian?
pernahkah kau merasa bahwa semua doamu tidak dijawab dan bahkan tidak didengar oleh Tuhan?
pernahkah kau merasa seperti kehilangan arah?
pernahkah?
atau hanya aku saja yang pernah merasakannya?
hidup ini memang tidak adil.
terkadang, apa yang aku perjuangkan mati-matian ternyata hanya berbuah sedih.
bukan hanya hidup, orang-orang disekitar pun sering tidak adil.
mereka, orang-orang disekitar itu, kerap kali menilaiku dari kesalahan masa lalu yang pernah aku lakukan.
bukankah manusia tidak pernah luput dari kesalahan?
ada juga orang sekitar yang, menurutku, pura-pura care hanya untuk tahu masalah apa yang sedang aku alami, lalu setelah itu mereka meninggalkan aku seakan-akan mereka tidak tahu apa yang terjadi padaku.
kadang, ada juga mereka yang care untuk basa-basi, mereka memberiku banyak nasihat disaat aku sedang baik-baik saja, tapi ketika aku mencari mereka disaat aku tidak baik-baik saja, mereka tidak ada.
tapi tetap ada mereka yang menerimaku apa adanya terlebih ketika aku sedang mengalami masalah yang tidak bisa aku lewati sendiri.
mungkin mereka tidak tahu apa yang bisa mereka lakukan untuk bisa mengurangi masalah yang membelengguku.
tapi mereka ikut menangis ketika aku menangis.
mereka mengelus punggungku ketika aku susah bernapas karena terlalu banyak menangis.
terkadang, imanku pun tidak bisa menolongku.
aku percaya dan sudah terlalu sering aku mendengar bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik dalam kehidupan manusia.
katanya, jika kita berdoa dan meminta pada Tuhan, Tuhan akan mengabulkannya.
tapi, ya mungkin imaku masih tidak sebesar beras, aku merasa Tuhan tidak adil.
sekali lagi, mungkin imanku masih belum sebesar beras.
tapi kenapa disaat yang genting dan saat-saat aku membutuhkan bantuan Tuhan, Tuhan tidak menjawab apa-apa?
adakah yang bisa menjawabnya?